Pendahuluan
Saat ini akuntansi beroperasi antara
lain dalam lingkungan perilaku, sektor publik dan Internasional. Akuntansi
menyediakan informasi bagi pasar modal-pasar modal besar, baik domestik maupun
internasional. Akuntansi telah meluas ke dalam area konsultasi manajemen dan
melibatkan lebih besar porsi teknologi informasi dalam sistem dan prosedurnya.
Dengan demikian akuntansi jelas tanggap terhadap stimulus lingkungan.
Menurut Choi dan Muller (1998; 1)
bahwa ada tiga kekuatan utama yang mendorong bidang akuntansi internasional
kedalam dimensi internasional yang terus tumbuh, yaitu (1) faktor lingkungan,
(2) Internasionalisasi dari disiplin akuntansi, dan (3) Internasionalisasi dari
profesi akuntansi. Ketiga faktor tersebut dalam perjalanan/perkembangan
akuntansi sangat berperan dan menentukan arah dari teori akuntansi yang selama
bertahun-tahun dan dekade banyak para ahli mencurahkan tenaga dan pikirannya
untuk mengembangkan teori akuntansi dan ternyata mengalami kegagalan dan hal
tersebut menyebabkan terjadinya evolusi dari ”theorizing” ke “conceptualizing”.
Perkembangan Akuntansi Indonesia
Praktik akuntansi di Indonesia dapat
ditelusur pada era penjajahan Belanda sekitar 17 (ADB 2003) atau sekitar tahun
1642 (Soemarso 1995). Jejak yang jelas berkaitan dengan praktik akuntansi di
Indonesia dapat ditemui pada tahun 1747, yaitu praktik pembukuan yang
dilaksanakan Amphioen Sociteyt yang berkedudukan di Jakarta (Soemarso 1995).
Pada era ini Belanda mengenalkan sistem pembukuan berpasangan (double-entry
bookkeeping) sebagaimana yang dikembangkan oleh Luca Pacioli. Perusahaan
VOC milik Belanda-yang merupakan organisasi komersial utama selama masa
penjajahan-memainkan peranan penting dalam praktik bisnis di Indonesia selama
era ini (Diga dan Yunus 1997).
Kegiatan ekonomi pada masa
penjajahan meningkat cepat selama tahun 1800an dan awal tahun 1900an. Hal ini
ditandai dengan dihapuskannya tanam paksa sehingga pengusaha Belanda banyak
yang menanmkan modalnya di Indonesia. Peningkatan kegiatan ekonomi mendorong
munculnya permintaan akan tenaga akuntan dan juru buku yang terlatih.
Akibatnya, fungsi auditing mulai dikenalkan di Indonesia pada tahun 1907
(Soemarso 1995). Peluang terhadap kebutuhan audit ini akhirnya diambil
oleh akuntan Belanda dan Inggris yang masuk ke Indonesia untuk membantu
kegiatan administrasi di perusahaan tekstil dan perusahaan manufaktur (Yunus
1990). Internal auditor yang pertama kali datang di Indonesia adalah J.W
Labrijn-yang sudah berada di Indonesia pada tahun 1896 dan orang pertama yang
melaksanakan pekerjaan audit (menyusun dan mengontrol pembukuan perusahaan)
adalah Van Schagen yang dikirim ke Indonesia pada tahun 1907 (Soemarso 1995).
Pengiriman Van Schagen merupakan
titik tolak berdirinya Jawatan Akuntan Negara-Government Accountant Dienst
yang terbentuk pada tahun 1915 (Soermarso 1995). Akuntan publik yang pertama
adalah Frese & Hogeweg yang mendirikan kantor di Indonesia pada tahun
1918. Pendirian kantor ini diikuti kantor akuntan yang lain yaitu kantor
akuntan H.Y.Voerens pada tahun 1920 dan pendirian Jawatan Akuntan Pajak-Belasting
Accountant Dienst (Soemarso 1995). Pada era penjajahan, tidak ada orang
Indonesia yang bekerja sebagai akuntan publik. Orang Indonesa pertama yang
bekerja di bidang akuntansi adalah JD Massie, yang diangkat sebagai pemegang
buku pada Jawatan Akuntan Pajak pada tanggal 21 September 1929 (Soemarso 1995).
Kesempatan bagi akuntan lokal
(Indonesia) mulai muncul pada tahun 1942-1945, dengan mundurnya Belanda dari
Indonesia. Pada tahun 1947 hanya ada satu orang akuntan yang berbangsa
Indonesia yaitu Prof. Dr. Abutari (Soermarso 1995). Praktik akuntansi model
Belanda masih digunakan selama era setelah kemerdekaan (1950an). Pendidikan dan
pelatihan akuntansi masih didominasi oleh sistem akuntansi model Belanda.
Nasionalisasi atas perusahaan yang dimiliki Belanda dan pindahnya orang orang
Belanda dari Indonesia pada tahun 1958 menyebabkan kelangkaan akuntan dan
tenaga ahli (Diga dan Yunus 1997).
Atas dasar nasionalisasi dan
kelangkaan akuntan, Indonesia pada akhirnya berpaling ke praktik akuntansi
model Amerika. Namun demikian, pada era ini praktik akuntansi model Amerika
mampu berbaur dengan akuntansi model Belanda, terutama yang terjadi di lembaga
pemerintah. Makin meningkatnya jumlah institusi pendidikan tinggi yang
menawarkan pendidikan akuntansi-seperti pembukaan jurusan akuntansi di
Universitas Indonesia 1952, Institute Ilmu Keuangan (Sekolah Tinggi Akuntansi
Negara-STAN) 1990, Univesitas Padjajaran 1961, Universitas Sumatera Utara 1962,
Universitas Airlangga 1962 dan Universitas Gadjah Mada 1964 (Soermarso
1995)-telah mendorong pergantian praktik akuntansi model Belanda dengan model
Amerika pada tahun 1960 (ADB 2003). Selanjutnya, pada tahun 1970 semua lembaga
harus mengadopsi sistem akuntansi model Amerika (Diga dan Yunus 1997).
Pada pertengahan tahun 1980an,
sekelompok tehnokrat muncul dan memiliki kepedulian terhadap reformasi ekonomi
dan akuntansi. Kelompok tersebut berusaha untuk menciptakan ekonomi yang lebih
kompetitif dan lebih berorientasi pada pasar-dengan dukungan praktik akuntansi
yang baik. Kebijakan kelompok tersebut memperoleh dukungan yang kuat dari
investor asing dan lembaga-lembaga internasional (Rosser 1999). Sebelum
perbaikan pasar modal dan pengenalan reformasi akuntansi tahun 1980an dan awal
1990an, dalam praktik banyak ditemui perusahaan yang memiliki tiga jenis
pembukuan-satu untuk menunjukkan gambaran sebenarnya dari perusahaan dan untuk
dasar pengambilan keputusan; satu untuk menunjukkan hasil yang positif dengan
maksud agar dapat digunakan untuk mengajukan pinjaman/kredit dari bank domestik
dan asing; dan satu lagi yang menjukkan hasil negatif (rugi) untuk tujuan pajak
(Kwik 1994).
Pada awal tahun 1990an, tekanan
untuk memperbaiki kualitas pelaporan keuangan muncul seiring dengan terjadinya
berbagai skandal pelaporan keuangan yang dapat mempengaruhi kepercayaan dan
perilaku investor. Skandal pertama adalah kasus Bank Duta (bank swasta yang
dimiliki oleh tiga yayasan yang dikendalikan presiden Suharto). Bank Duta go
public pada tahun 1990 tetapi gagal mengungkapkan kerugian yang jumlah
besar (ADB 2003). Bank Duta juga tidak menginformasi semua informasi kepada
Bapepam, auditornya atau underwriternya tentang masalah tersebut.
Celakanya, auditor Bank Duta mengeluarkan opini wajar tanpa pengecualian. Kasus
ini diikuti oleh kasus Plaza Indonesia Realty (pertengahan 1992) dan Barito
Pacific Timber (1993). Rosser (1999) mengatakan bahwa bagi pemerintah
Indonesia, kualitas pelaporan keuangan harus diperbaiki jika memang pemerintah
menginginkan adanya transformasi pasar modal dari model “casino” menjadi
model yang dapat memobilisasi aliran investasi jangka panjang.
Berbagai skandal tersebut telah
mendorong pemerintah dan badan berwenang untuk mengeluarkan kebijakan regulasi
yang ketat berkaitan dengan pelaporan keuangan. Pertama, pada September 1994,
pemerintah melalui IAI mengadopsi seperangkat standar akuntansi keuangan, yang
dikenal dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). Kedua, Pemerintah
bekerja sama dengan Bank Dunia (World Bank) melaksanakan Proyek Pengembangan
Akuntansi yang ditujukan untuk mengembangkan regulasi akuntansi dan melatih
profesi akuntansi. Ketiga, pada tahun 1995, pemerintah membuat berbagai aturan
berkaitan dengan akuntansi dalam Undang Undang Perseroan Terbatas. Keempat,
pada tahun 1995 pemerintah memasukkan aspek akuntansi/pelaporan keuangan
kedalam Undang-Undang Pasar Modal (Rosser 1999).
Jatuhnya nilai rupiah pada tahun
1997-1998 makin meningkatkan tekanan pada pemerintah untuk memperbaiki kualitas
pelaporan keuangan. Sampai awal 1998, kebangkrutan konglomarat, collapsenya
sistem perbankan, meningkatnya inflasi dan pengangguran memaksa pemerintah
bekerja sama dengan IMF dan melakukan negosiasi atas berbagaai paket penyelamat
yang ditawarkan IMF. Pada waktu ini, kesalahan secara tidak langsung diarahkan
pada buruknya praktik akuntansi dan rendahnya kualitas keterbukaan informasi (transparency).
Berikut ini tabel ringkasan perkembangan akuntansi di Indonesia
Perkembangan Akuntansi internasional
Iqbal, Melcher dan Elmallah
(1997:18) mendefinisikan akuntansi internasional sebagai akuntansi untuk
transaksi antar negara, pembandingan prinsip-prinsip akuntansi di negara-negara
yang berlainan dan harmonisasi standar akuntansi di seluruh dunia.
Akuntansi harus berkembang agar
mampu memberikan informasi yang diperlukan dalam pengambilan keputusan di
perusahaan pada setiap perubahan lingkungan bisnis. Berikut ini karakteristik
era ekonomi global:
a. Bisnis internasional.
b. Hilangnya batasan-batasan antar
negara era ekonomi global sering sulit untuk mengindentifikasi negara asal
suatu produk atau perusahaan, hal ini terjadi pada perusahaan multinasional
c. Ketergantungan pada perdangan
internasional
Sudut
Pandang Sejarah
Awalnya, akuntansi dimulai dengan
sistem pembukuan berpasangan (double entry bookkeeping) di Italia pada abad ke
14 dan 15. Sistem pembukuan berpasangan (double entry bookkeeping), dianggap
awal penciptaan akuntansi. Akuntansi modern dimulai sejak double entry
accounting ditemukan dan digunakan didalam kegiatan bisnis yaitu sistem
pencatatan berganda (double entry bookkeeping) yang diperkenalkan oleh Luca
Pacioli (th 1447). Luca Pacioli lahir di Italia tahun 1447, dia bukan akuntan
tetapi pendeta yang ahli matematika, dan pengajar pada beberapa universitas
terkemuka di Italia. Lucalah orang yang pertama sekali mempublikasikan
prinsip-prinsip dasar double accounting system dalam bukunya berjudul : Summa
the arithmetica geometria proportioni et proportionalita di tahun 1494. Banyak
ahli sejarah yang berpendapat bahwa prinsip dasar double accounting system
bukanlah ide murni Luca namun dia hanya merangkum praktek akuntansi yang
berlangsung pada saat itu dan mempublikasikannya. Hal ini diakui sendiri oleh
Luca (Radebaugh, 1998) “Pacioli did not claim that his ideas were original,
just that he was the one who was trying to organize and publish them. He
objective was to publish a popular book that could be used by all, following
the influence of the venetian businessmen rather than bankers”.
Praktek bisnis dengan metode
venetian yang menjadi acuan Luca menulis buku tersebut telah menjadi metode
yang diadopsi tidak hanya di Italia namun hampir disemua negara Eropa seperti
Jerman, Belanda, Inggris. Luca memperkenalkan 3 (tiga ) catatan penting yang
harus dilakukan:
a) Buku Memorandum, adalah
buku catatan mengenai seluruh informasi transaksi bisnis.
b) Jurnal, dimana transaksi
yang informasinya telah disimpan dalam buku memorandum kemudian dicatat dalam
jurnal.
c) Buku Besar, adalah suatu
buku yang merangkum jurnal diatas. Buku besar merupakan centre of the
accounting system (Raddebaugh, 1996).
Perkembangan sistem akuntansi ini didorong oleh pertumbuhan perdagangan internasional di Italia Utara selama masa akhir abad pertengahan dan keinginan pemerintah untuk menemukan cara dalam mengenakan pajak terhadap transaksi komersial.
“Pembukuan ala Italia“ kemudian beralih ke Jermanuntuk membantu para pedagang zaman Fugger dan kelompok Hanseatik. Pada saat bersamaan filsuf bisnis Belanda mempertajam cara menghitung pendapatan periodic dan pemerintah Perancis menerapkan keseluruhan sistem dalam perencanaan dan akuntabilitas pemerintah.
Tahun 1850-an double entry bookkeeping mencapai Kepulauan Inggris yang menyebabkan tumbuhnya masyarakat akuntansi dan profesi akuntansi publik yang terorganisasi di Skotlandia dan Inggris tahun 1870-an. Praktik akuntansi Inggris menyebar ke seluruh Amerika Utara dan seluruh wilayah persemakmuran Inggris. Selain itu model akuntansi Belanda diekspor antara lain ke Indonesia. Sistem akuntansi Perancis di Polinesia dan wilayah-wilayah Afrika dibawah pemerintahan Perancis. Kerangka pelaporan sistem Jerman berpengaruh di Jepang, Swedia, dan Kekaisaran Rusia.
Perkembangan sistem akuntansi ini didorong oleh pertumbuhan perdagangan internasional di Italia Utara selama masa akhir abad pertengahan dan keinginan pemerintah untuk menemukan cara dalam mengenakan pajak terhadap transaksi komersial.
“Pembukuan ala Italia“ kemudian beralih ke Jermanuntuk membantu para pedagang zaman Fugger dan kelompok Hanseatik. Pada saat bersamaan filsuf bisnis Belanda mempertajam cara menghitung pendapatan periodic dan pemerintah Perancis menerapkan keseluruhan sistem dalam perencanaan dan akuntabilitas pemerintah.
Tahun 1850-an double entry bookkeeping mencapai Kepulauan Inggris yang menyebabkan tumbuhnya masyarakat akuntansi dan profesi akuntansi publik yang terorganisasi di Skotlandia dan Inggris tahun 1870-an. Praktik akuntansi Inggris menyebar ke seluruh Amerika Utara dan seluruh wilayah persemakmuran Inggris. Selain itu model akuntansi Belanda diekspor antara lain ke Indonesia. Sistem akuntansi Perancis di Polinesia dan wilayah-wilayah Afrika dibawah pemerintahan Perancis. Kerangka pelaporan sistem Jerman berpengaruh di Jepang, Swedia, dan Kekaisaran Rusia.
Paruh
Pertama abad 20, seiring tumbuhnya kekuatan ekonomi Amerika Serikat, kerumitan
masalah akuntansi muncul bersamaan. Kemudian Akuntansi diakui sebagai suatu
disiplin ilmu akademik tersendiri. Setelah Perang Dunia II, pengaruh Akuntansi
semakin terasa di Dunia Barat. Bagi banyak negara, akuntansi merupakan masalah
nasional dengan standar dan praktik nasional yang melekat erat dengan hukum
nasional dan aturan profesional.
Perbedaan Sistem Akuntansi
Pada dasarnya akuntansi itu sama
yaitu sarana bagi manajemen untuk mengkomunikasikan posisi keaungan, kinerja
dan perubahan posisi keaungan kepada pihak yang berkepentingan. Namun, di
samping persamaan pengertian tersebut, akuntansi juga mempunyai perbedaan dalam
penerapannya. Perbedaan yang timbul disebabkan oleh: pertumbuhan ekonomi, inflasi,
sistem politik, pendidikan, profesi akuntan, peraturan perpajakan, pasar uang
dan modal.
Harmonisasi
Standar Akuntansi
Harmonisasi sejak lama keliru
diasosiasikan dengan standardisasi secara penuh. Ini sebenarnya berbeda dari
standardisasi. Wilson menyajikan perbedaan yang bermanfaat berikut “Istilah
harmonisasi sebagai kebalikan dari standardisasi memiliki arti sebuah
rekonsiliasi atas berbagai sudut pandang yang berbeda”. Istilah ini lebih
bersifat sebagai pendekatan praktis dan mendamaikan daripada standardisasi,
terutama jika standardisasi berarti prosedur-prosedur yang dimiliki oleh satu
negara hendaknya ditetapkan oleh semua negara yang lain.
Harmonisasi menjadi suatu bagian
yang penting untuk menghasilkan komunikasi yang lebih baik atas suatu informasi
agar dapat diartikan dan dipahami secara internasional.
Evolusi Dan Peran Bisnis Internasional
Evolusi dan perkembangan bisnis
internasional dapat dijabarkan menjadi empat tahap yaitu :
a. Zaman Pra
Industrialisasi, Zaman pra industri ditandai dengan terjadinya sistem
merkantilisme yang disertai dengan alasan dominasi politik serta penjajahan
yang terjadi pada abad ke-16 sampai abad ke-17.
b. Zaman Industrialisasi, Pada
akhir abad 18 sampai dengan abad 20 perkembangan teknologi industri dan
transportasi meningkatkan arus barang dan jasa. Pada masa ini perkembangan
bisnis sangatlah berkembang pesat.
c. Zaman Setelah Perang
Dunia II, Pada masa ini stabilitas politik dunia mulai tertata rapi.
Pertumbuhan bisnis internasional bertumbuh pesat. Permintaan barang dan jasa
diimbangi dengan kemampuan produksi.
d. Era Multinasional, Pada
masa ini aspek internasional fungsi-fungsi perusahaan semakin penting. Volume
transaksi perusahaan internasional menjadi penyangga utama bagi ekonomi suatu
negara.
Aspek Akuntansi Dalam Bisnis Internasional
Dalam rangka bisnis internasional,
perusahaan harus menyediakan informasi keungannya. Oleh karena itu, perusahaan
akan menemui berbagai kendala misalnya perbedaan bahasa, mata uang dan standar
akuntansi keuangan. Peran ahli akuntansi keuangan yang memahami berbagai
bahasa, mata uang asing dan standar akuntansi internasional sangat penting
untuk mengatasi masalah ini.
Bidang Akuntansi Internasional
Akuntansi internasional meliputi dua
aspek bahasan utama yaitu deskripsi dan pembandingan akuntansi dan dimensi
akuntansi atas transaksi internasional. Pada aspek yang pertama, akuntansi
internasional membahas gambaran standar akuntansi dan praktek akuntansi pada
berbagai negara serta membandingkan standar dan praktek tersebut pada
masing-masing negara yang dibahas. Selain itu, aspek akuntansi internasional
juga membahas mengenai pelaporan keuangan, valuta asing, perpajakan, audit
internasional serta manajemen untuk bisnis internasional.
Faktor Lingkungan Yang Berpengaruh Terhadap Pengembangan
Akuntansi
Choi et. al (1998; 36) menjelaskan
sejumlah faktor lingkungan yang diyakini memiliki pengaruh langsung terhadap
pengembangan akuntansi, antara lain :
- Sistem Hukum, Kodifikasi
standar-standar dan prosedur-prosedur akuntansi kelihatannya alami dan
cocok dalam negara-negara yang menganut code law. Sebaliknya, pembentukan
kebijakan akuntansi yang non legalistis oleh organisasi-organisasi
professional yang berkecimpung dalam sektor swasta lebih sesuai dengan
sistem yang berlaku di negara-negara hukum umum (common law).
- Sistem Politik, Sistem politik
yang ada pada suatu negara pun ikut mewarnai akuntansi, karena sistem
politik tersebut “mengimpor” dan “mengekspor” standar-standar dan
praktik-praktik akuntansi.
- Sifat Kepemilikan Bisnis,
Kepemilikan publik yang besar atas saham-saham perusahaan menyiratkan
prinsip-prinsip pelaporan dan pengungkapan akuntansi keuangan yang berbeda
dengan perusahaan-perusahaan yang kepemilikannya didominasi oleh keluarga
atau bank.
- Perbedaan Besaran dan
Kompleksitas, Perusahaan-Perusahaan Bisnis
Perusahaan konglomerasi besar yang beroperasi dalam lini bisnis yang sangat beragam membutuhkan teknik-teknik pelaporan keuangan yang berbeda dengan perusahaan kecil yang menghasilkan produk tunggal. Perusahaan-perusahaan multinasional juga membuthkan sistem akuntansi yang berbeda dengan sistem akuntansi perusahaan-perusahaan domestik. - Iklim Sosial, Iklim sosial turut
memberikan sumbangan dalam pengembangan akuntansi di berbagai belahan
dunia.
- Tingkat Kompetensi Manajemen
Bisnis Dan Komunitas Keuangan Kompetensi atau kemampuan manajemen bisnis
dan pengguna dari output akuntansi akan sangat menentukan perkembangan akuntansi.
- Tingkat Campur Tangan Bisnis
Legislatif, Regulasi mengenai perpajakan mungkin memerlukan
prinsip-prinsip akuntansi tertentu.
- Ada Legislasi Akuntansi
tertentuDalam beberapa kasus, terdapat peraturan legislative khusus untuk
aturan-aturan dan teknik-teknik akuntansi tertentu.
- Kecepatan Inovasi Bisnis,
Semula, kegiatan merger dan akuisisi tidak diperhitungkan secara
akuntansi, namun karena penggabungan bisnis yang begitu popular di eropa
memaksa akuntansi turut berkembang untuk memenuhi kebutuhan dari mereka
yang berkepentingan.
- Tahap pembangunan Ekonomi,
Negara yang masih mengandalkan ekonomi pertanian membutuhkan
prinsip-prinsip akuntansi yang berbeda dengan negara industri maju.
- Pola pertumbuhan Ekonomi,
Kondisi perekonomian yang stabil mendorong peningkatan persaingan
memperebutkan pasar-pasar yang ada sehingga memerlukan suatu pola
akuntansi yang stabil dan akan jauh berbeda pada negara yang kondisinya
sedang mengalami perang berkepanjangan.
- Status Pendidikan dan
Organisasi Profesional, Karena ketiadaan profesionalisme akuntansi yang
terorganisir dan sumber otoritas akuntansi local suatu negara,
standar-standar dari area lain atau negara lain mungkin digunakan untuk
mengisi kekosongan tersebut.
Kesimpulan
Akuntansi saat ini menyediakan informasi
bagi pasar modal-pasar modal besar, baik domestik maupun internasional.
Akuntansi telah meluas ke dalam area konsultasi manajemen dan melibatkan lebih
besar porsi teknologi informasi dalam sistem dan prosedurnya. Dengan demikian
akuntansi jelas tanggap terhadap stimulus lingkungan. Standar akuntansi tidak
dapat dilepaskan dari pengaruh lingkungan dan kondisi hukum, sosial dan ekonomi
suatu negara tertentu. Hal-hal tersebut menyebabkan suatu standar akuntansi di
suatu negara berbeda dengan di negara lain. Globalisasi yang tampak antara lain
dari kegiatan perdagangan antar negara serta munculnya perusahaan multinasional
mengakibatkan timbulnya kebutuhan akan suatu standar akuntansi yang berlaku
secara luas di seluruh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar